Konsep Pendidikan Kecakapan untuk Hidup
( Life Skills Education )
1. Pendahuluan
Dewasa ini masalah “life skills”
melalui pendidikan formal menjadi aktual lagi untuk dibahas kembali dengan
berbagai macam latar belakangnya yang sangat rasional. Uraian berikut mencoba
untuk memahami masalah “life skills” tersebut secara garis besar sebagai
wacana bagi para pemerhati masalah pendidikan untuk bahan renungan.
2. Perjalanan hidup
Untuk mampu menjalani kehidupannya,
sejak dilahirkan setiap orang telah dibekali dengan berbagai potensi untuk
dapat mengenali tek- teki misteri tentang dirinya. Pengenalan ini dicapainya
melalui daya fisiknya, melalui daya pikirnya, melalui daya emosionalnya dan
melaui daya spiritualnya yang menyatu menjadi daya kalbu untuk melakukan dialog
dan kemudian berkarya sesuai dengan aturan Tuhan, yaitu sang penciptanya. Hal
ini dapat dianalogikan dengan potensi pada makhluk hidup lainnya yang
diciptakan oleh Tuhan.
3. Kecakapan untuk hidup
Kemampuan kecakapan untuk menjalani
kehidupan ini pada awalnya berkembang secara alamiah melaui pendidikan informal
pada keluarga dan masyarakat. Kemudian secara formal upaya untuk mengembangkan
dan memperkuat potensi yang telah ada ini dirancang dengan sistematis kedalam
suatu kurikulum untuk diberikan kepada anak didik melalui pendidikan disekolah
dengan alokasi waktu dan jam pelajaran tertentu pada setiap minggu, mulai dari
taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah
menengah, sampai dengan perguruan tinggi.
4. Pendidikan kecakapan
untuk hidup
Terdapat empat persoalan besar dalam
menjalani kehidupan, antara lain: pertama persoalan yang
berkaitan dengan dirinya sendiri, kedua persoalan yang
berkaitan dengan kebaradaannya bersama-sama dengan orang lain, ketiga persoalan
yang berkaitan dengan keberadaannya disuatu lingkungan alam tertentu, dan keempat persoalan
yang berkaitan dengan pekerjaannya, baik yang berkaitan dengan pekerjaan utama
yang ditekuni sebagai mata pencaharian maupun pekerjaan yang hanya
sekadar sebagai hobi.
Selain empat persoalan diatas, terdapat
empat jenis pendidikan kecakapan yang perlu diberikan untuk mempersiapkan anak
didik agar dapat memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan
untuk menempuh perjalanan hidup itu baik melalui pendidikan informal didalam
keluarga dan masyarakat, maupun melalui pendidikan disekolah hendaknya
mencakup:
a. ‘personal skills
education’ adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak
didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan diri
sendiri untuk mengkualitaskan jati dirinya sebagai manusia yang menjadi
khalifah atau wakil sang pencipta di planet bumi ini
b. ‘social skills
education’ adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak
didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog untuk bergaul secara baik
dengan sesama manusia
c. ‘environmental skills
education’ adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada anak
didik agar dapat mengembangkan kemampuan berdialog secara baik dengan
lingkungan alam sekitarnya, untuk menikmati keindahannya dan menjaganya dari
kerusakan-kerusakan karena ulahnya sendiri atau oleh manusia lainnya, serta
kemampuan untuk menjaga diri dari pengaruh-pengaruhnya
d. ‘vocatioanal atau oocupational
skills education’ adalah pendidikan kecakapan yang perlu diberikan kepada
anak didik agar dapat mengembangkan kemampuan untuk menguasai dan menyenangi
jenis pekerjaan tertentu
5. Kecakapan untuk
menemukan jati diri
‘personal skills’ atau kecakapan
untuk memahami dan menguasai diri sendiri, yaitu suatu kemampuan berdialog yang
perlu dimiliki oleh seseorang untuk dapat mengaktualisasikan jati diri dan
menemukan kepribadiannya. Oleh karena itu pada dasarnya personal skills ini
mencakup dua macam kemampuan yang saling berpengaruh, yaitu kemampuan yang
bersifat ragawi atau jasmani atau ‘physical’ dan kemampuan yang bersifat
sukmawi atau rohani atau ‘non-physical’ yang dikategorikan kedalam tiga cabang
kemampuan yang menyatu sebagai inti kemampuan kalbu yang bermoral pada diri
seseorang, yaitu kemampuan yang bersifat intelektual, yang bersifat emosioanl,
dan yang bersifat spiritual.
a. Kemampuan physical, kemampuan ini dapat digambarkan sebagai kecakapan seseorang
untuk menjaga kesehatan tubuh, raga atau jasmani sebagai tempat bersemayamnnya
roh.
b. Kemampuan intelektual, kemampuan ini yang disebut juga kemampuan akal dapat
digambarkan sebagai kecakapan seseorang untuk menguasai cara berdialog
dengan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk dapat menguak misteri dari
berbagai keberadaan alam fisik dan alam gaib yang telah disediakan oleh sang
pencipta.
c. Kemampuan emosional, kemampuan ini yang disebut juga kemampuan rasa dapat
digambarkan sebagai kecakapan seseorang untuk menguasai cara menghadapi, cara
berhubungan atau cara berdialog dengan perasaannya sendiri sebagai ciptaan
Tuhan yang diberi martabat mulia menjadi khalifah atau wakil Tuhan di planet
bumi.
d. Kemampuan spiritual, ada dua pertama sebagai
kecakapan seseorang untuk menguasai cara menghadapi, cara berhubungan atau cara
berdialog dengan Tuhan sebagai sang pencipta; kedua sebagai
kecakapan untuk berdialog dengan ayat-ayat Tuhan baik yang tertulis di dalam
kitab-kitab suci maupun yang tertulis pada semua wujud ciptaan-Nya.
6. Kecakapan untuk
bermasyarakat
‘social skills’ atau kecakapan untuk
bermasyarakat diperlukan oleh seseorang untuk menguasai cara menghadapi, cara
berhubungan atau cara berdialog dengan sesama manusia sebagai tempat untuk
bersilaturahmi, untuk mewujudkan rasa kasih sayang yang dihasilkan oleh
‘emotional skills’.Dalam bahasa sehari-hari kecakapan untuk bermasyarakat ini
disebut sebagai kemampuan untuk bergaul deengan orang lain yang dikenal dengan hablun minnannas.
7. Kecakapan untuk
memelihara lingkungan
‘environmental skills’ atau keterampilan
untuk menghargai lingkungan diperlukan oleh seseorang untuk menguasai cara
menghadapi, cara berhubungan atau cara berdialog dengan lingkungan, yaitu alam
nyata atau lam wujud dan alam gaib, sebagai tempat manusia berdiri untuk
menginjakkan dan melangkahkan kakinya dalam menempuh perjalanan hidup.Hasil
dari keterampilan berdialog dengan lingkungan alam antara lain adalah kemampuan
untuk menerima pengaruh positif alam kemalakaitan dan menolak pengaruh negatif
alam keiblisa dari lingkungan alam gaib , dan kemampuan untuk dapat menikmati
keindahan dan secara sadar menjaga alam wujud dengan senantiasa merawat
kebersihan dan memelihara ketertiban lingkungan , dapat melestarikan keutuhan
lingkungan,dsb.
8. Kecakapan untuk
menguasai dan menyenangi pekerjaan
‘vocational skills’ atau ‘occupational
skills’ dapat digambarkan sebagai kecakapan yang diperlukan oleh seseorang
untuk bekerja dan memperoleh penghasilan yang halal untuk menopang kelancaran
perjalanan hidupnya.
Kecakapan vokasional yang diperoleh
melalui pendidikan informal di dalam keluarga atau masyarakat terdiri atas
bermacam-macam jenis kecakapan mulai dari tingkat tenaga kasar, tingkat
terampil sampai dengan tingkat mahir. Sedangkan kecakapan vokasioanal yang
diperoleh melalui pendidikan formal di dalam sekolah atau kursus terdiri
atas beberapa tingkat keprigelan atau kemahiran yang berjenjang dan diakui
secara resmi dengan kategori sebagai berikut:
a. Tingkat tidak terlatih
(pembantu pelaksana) dikategorikan sebagai calon tenaga kerja yang
unskilled-lulusan Sekolah Dasar atau yang sederajad.
b. Tingkat setengah
terlatih (pelaksana) dikategorikan sebagai calon tenaga, semi skilled-lulusan
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang sederajat dan kursus-kursus singkat
keterampilan pra-vokasioanal
c. Tingkat juru (juru
teknik) dikategorikan sebagai tradesman-lulusan Sekolah Menengah Kejujuran,
Sekolah Menengah Kedinasan, Sekolah Menengah Umum
d. Tingkat teknisi
(pengatur) dikategorikan sebagai calon tenaga kerja trades technician-lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan dengan mendapat tambahan latihan khusus
e. Tingkat teknisi ahli
(penata ahli) dikategorikan sebagai calon tenaga kerja higher technician-lulusan
Politeknik, Akademi, Diploma pada Perguruan Tinggi
f. Tingkat sarjana
(profesioanal) dikategorikan sebagai calon tenaga kerja profesional-lulusan
Perguruan Tinggi S1, S2, sampai dengan S3
9. Keterampilan antar
berbagai kecakapan untuk hidup
Keempat jenis kecakapan ini, yaitu
‘personal skills’, ‘social skills’, ‘environmental skills’ dan
‘vocational skills’ bersifat komplementer, saling melengkapi antar yang satu
dengan yang lainnya.Keempat jenis kecakapan tersebut merupakan ‘general life
skills’ yang menjadi dasar kecakapan untuk mampu menjalani kehidupan.
10. Implementasi
pendidikan kecakapan untuk hidup
Dalam melaksanakan kebijakan pndidikan
yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup, maka fokus utama kegiatan
pendidikan haruslah ditujukan untuk mempersiapkan para siswa agar memiliki
kecakapan untuk hidup.
a.
Bagaimana kurikulumnya?
Semua kegiatan pendidikan pada
hakekatnya adalah merupakan upaya untuk mempersiapkan generasi muda anak-anak
bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya di belak kemudian
hari, maka kurikulum pada semua jenjang pendidikan dan jenis persekolahan
haruslah mengarah kepada ‘life skills education ‘ dengan porsi yang serasi.
b.
Bagaimana proses pembelajarannya?
“Life Skills Education “ diberikan
secara tematis mengenal masalah-masalah kehidupan nyata sehari-hari.Tema-tema
yang diberikan harus betul-betul bermakna bagi siswa , baik untuk saat ini
maupun untuk kehidupannya di kelak kemudian hari.
c.
Bagaimana pengorganisasian gurunya?
Dalam melaksanakan life skills education
yang disajikan secara tematis, pada minggu-minggu tertentu guru tidak lagi
mengajar sebagai guru mata pelajaran , akan tetapi sebagai suatu tim pelaksana
life skills education.
d.
Bagaimana pemanfaatan media belajarnya?
Media pembelajaran baik yang tersedia di
dalam sekolah, di lingkungan sekitar sekolah maupun di luar sekolah, hendaknya
dimanfaatkan sebanyak mungkin dalam proses pembelajaran.Para siswa , orang tua,
siswa, dan masyarakat sekitar juga dapat dilibatkan dalam penyediaan media
pembelajaran yang diperlukan.
e.
Bagaimana contoh modelnya?
Model ini masih sangat terbuka untuk
didiskusikan secara lebih mendalam lagi, khususnya alam menyepakati berapa
jumlah kontribusi jam dalam seminggu untuk mendukung pelaksanaan life skills’.